Sabtu, 28 Juni 2014

STRESS AND HEALTH



A.   Definisi Stress

Stres merupakan penekanan pada peristiwa-peristiwa dan situasi-situasi negatif yang dialami individu yang dapat menimbulkan efek yang tidak teratur pada perilakunya.

Stres merupakan suatu peristiwa atau keadaan  yang menyiksa atau melebihi batas kemampuan individu tersebut dalam mengatasinya.

Stress juga merupakan kondisi (keadaan buruk) psikologis seseorang yang juga memperngaruhi kesehatan fisik seseorang.

B.   Source of Stress (Sumber stress)

       Penyebab stres atau sering disebut sebagai stressor bisa berasal dari kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber seperti peristiwa kehidupan, frustasi, dan konflik. Dalam pembahasan ini kami juga akan membahas tentang aspek umum dari rekasi stress dan reaksi fisik terhadap stres dan kesehatan.

    1.  Live Event (Peristiwa Kehidupan)

Sumber yang paling jelas dari stres adalah peristiwa besar dalam hidup yang membuat stres karena memerlukan penyesuaian dan mengatasi (Dohrenwend, 2006; Monroe & others, 2007).

          Ada beberapa peristiwa kehidupan negatif paling stress yang telah dipelajari seperti:

       a.  Kekerasan, Perang, Dan Kekerasan Seksual

Seseorang yang mengalami peristiwa tersebut cenderung akan menyimpannya didalam memori sebagai peristiwa kehidupan yang negatif dan mengakibatkan gejala stres saat mereka mengingat peristiwa tersebut. Stress mayoritas hal tersebut diderita oleh wanita.

       b.  Kehilangan Anggota Keluarga

Kematian pasangan atau anak dapat membuat stres (Dohrenwend, 2006). Seseorang yang kehilangan anggota keluarga atau orang yang dicintainya cenderung akan susah menerima kenyataan dan akibatnya adalah mengalami gejala stres.

       c.   Bencana Alam

Bencana Alam juga bisa membuat stres karena peristiwa yang dialami membuatnya merasa bahwa kejadian itu adalah mimpi buruk baginya atau peristiwa kehidupan yang negatif.

       d.  Terorisme

Karena merasa terancam dan terus-menerus diteror maka seseorang itu akan merasa tidak nyaman (gelisah), depresi, takut, masalah tidur, dan pikirannya kembali mengganggu tentang bencana yang dahulu setelah serangan, khususnya bagi yang berada didekat serangan itu atau yang kehilangan orang yang dicintai atau harta (Druss & Marcus, 2004; Holman & others, 2008; Ramchand & others, 2008).

       e.  Daily Hassles 

Daily Hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan sebagainya.

       f.   Positive Life Events

Bahkan peristiwa kehidupan yang positif bisa stres dalam kondisi tertentu (Dohren wend, 2006; Shimizu & pelham, 2004). Ada banyak peristiwa postif yang juga bisa membuat seseorang stres karena mereka juga mungkin memerlukan penyesuaian dalam pola hidup contohnya, kelahiran anak, belajar, mengerjakan tugas yang mungkin terlalu sulit, dan masih banyak lagi. 

Ditambahkan Freese Gibson (dalam Rachmaningrum, 1999) umur adalah salah satu faktor penting yang menjadi penyebab stres, semakin bertambah umur seseorang, semakin mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor fisiologis yang telah mengalami  kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan mendengar.

    2.  Frustrasi

Fustrasi adalah ketika kita tidak mampu untuk memenuhi motif. Maksudnya adalah perasaan kecewa dalam suatu pencapaian tujuan. Contohnya, seorang anak frustrasi ketika dia tidak mendapatkan mainannya atau tidak mengambil mainannya yang sedang jatuh, frustrasi itu dapat terlihat pada wajahnya.

    3.  Konflik

Konflik terjadi ketika dua atau lebih motif yang tidak dapat dicapai karena mereka mengganggu satu sama lain. Ada empat bagian dari konflik yang melibatkan pendekatan dan penghindaran (Lewin, 1931; Miller, 1994):

   a.  Approach-Approach Conflict

Konflik di mana individu harus memilih antara dua tujuan positif dari nilai yang kira-kira sama.

   b.  Avoidance-Avoidance Conflict

Konflik di mana individu harus memilih antara dua tujuan negatif dari nilai yang kira-kira sama.

   c.   Approach-Avoidance Conflict

Mencapai tujuan yang positif akan menghasilkan hasil yang negatif juga.

   d.  Multiple Approach-Avoidance Conflict

Konflik memerlukan individu untuk memilih antara dua alternatif, masing-masing berisi konsekuensi baik positif maupun negatif.

   4.  Tekanan

Tekanan terjadi karena stres yang muncul dari ancaman peristiwa negatif kehidupan. Istilah  tekanan digunakan untuk menggambarkan stres yang timbul dari ancaman, seperti kemungkinan kinerja yang buruk pada ujian.

    5.  Kondisi Lingkungan

Ada bukti yang berkembang bahwa aspek lingkungan di mana kita hidup (suhu, polusi udara, kebisingan, kelembaban, dan sebagainya) dapat menjadi sumber stres (Staples, 1996). Sebagai contoh, perubahan suhu yang sangat drastis akan memungkinkan seseorang itu mengalami stres.

Aspek Umum Reaksi Stres

    1.     Kita bereaksi terhadap stres secara keseluruhan yaitu baik pada psikologis dan reaksi 
         psikologis.
    2.    Rekasi psikologis terhadap tubuh baik itu karena stress fisik ataupun psikologis.

Reaksi Psikologis Terhadap Stress

Stress menyebabkan banyak perubahan terhadap psikologis kita seperti emosi, motivasi, dan kognisi. Di bawah tekanan stres, kita dapat merasakan beberapa kombinasi emosi seperti ancaman, depresi, kemarahan, dan sifat yang cepat marah. 

Perubahan kognitif juga terjadi seperti, kita mungkin memiliki kesulitan berkonsentrasi, kehilangan kemampuan untuk berpikir jernih, dan menemukan bahwa pikiran kita selalu kembali ke stres.

Reaksi Fisik Terhadap Stress Dan Kesehatan

     ·         The General Adaptation Syndrome

   Menurut Selye, mobilisasi tubuh untuk menangkal ancaman, ditandai dengan tiga pola-tahap reaksi alarm, tahap resistensi, dan tahap kelelahan. Tubuh memobilisasi sumber dayanya untuk "fight-or-fight" pada general adaptation syndrome dalam respon terhadap stres.

     ·         Healthy and Unhealthy aspects of the GAS

       GAS dapat mempertahankan tubuh dari bahaya. Tanpa GAS, kita akan menjadi sangat lemah. Tetapi GAS juga bisa sebagai musuh kita karena GAS bekerja pada saat darurat seperti mematikan virus, kita perlu tubuh kita untuk merespon reaksi pada keadaan tersebut.

     ·         Stress, The GAS, and The Immune System

       Aspek negatif lain dari stres yang mengurangi efektivitas sistem melawan penyakit alami tubuh adalah sistem kekebalan tubuh. Banyak sekarang yang mempelajari stress dan sistem kekebalan tubuh. Namun, jika semakin tua kita tetap memakai sistem kekebalan tubuh, maka kita akan menjadi korban dari sistem kekebalan itu sendiri.

     ·         Depresi, Kecemasan, Dan Kesehatan

          Orang-orang yang memiliki tingkat depresi dan keceasan yang tinggi akan cenderung memiliki ganggguan fungsi sistem kekebalan tubuh, gangguan kesehatan, dan tingkat kematiannya lebih tinggi akibat penyakit atau kesehatannya.

C.   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Terhadap Stress

Banyak dari kita mengalami beberapa kejadian yang tidak menyenangkan di dalam kehidupan kita, tetapi banyak juga dari kita yang langsung bangkit untuk meneruskan hidup. Mengapa stress terkadang menjatuhkan dan bahkan menyebabkan perubahan sementara pada psikologis dan fisik kita? Jawabannya terletak pada faktanya lebih kepada reaksi kita terhadap stress dibandingkan sumber stress itu sendiri.

    1.  Prior Experience with the Stress

Reaksi stress pada umumnya berkurang ketika seseorang memiliki pengalaman yang lebih terhadap kejadian yang menyebabkan stress tersebut. Sebagai contoh, seorang perajurit yang menghadapi peperangan untuk keempat kalinya biasanya tingkat stressnya berkurang dibandingkan dengan perajurit yang menghadapi peperangan untuk pertama kalinya.

    2.  Developmental Factors  

Dampak dari stress berbeda-beda pada setiap usia. Sebagai contoh, janda dan duda yang lebih muda (65 tahun ke bawah) masih merasakan depresi selama 13 bulan setelah kematian pasangannya daripada janda dan duda yang lebih tua. Mungkin tingkat stress akan berkurang di kemudian hari, ketika lingkungan janda atau duda lebih umum.

    3.  Predictability and Control

Biasanya, dalam kehidupan, stress akan berkurang ketika kita dapat memprediksinya dan mengontrolnya.

          Sengatan listrik ringan adalah peristiwa stress yang tidak menyenangkan yang sering digunakan di dalam penelitian laboratorium. Dalam satu penelitian, tiga kelompok partisipan mendengarkan suara yang berhitung. Pada hitungan ke 10, salah satu kelompok menerima sengatan listrik sebesar 95% dari waktunya, kelompok kedua menerima sengatan sebesar 50% dari waktu, dan kelompok ketiga menerima sengatan 5% dari waktu. Kelompok mana yang menunjukkan reaksi terbesar? Sengatan pada kelompok yang hanya menerima 5% dari waktu, kurang dapat di prediksi. Walaupun mereka menerima sengatan yang paling sedikit, tetapi memiliki hasil jumlah keringat yang tinggi dari dua kelompok lainnya. Bagaimanapun, ketika tekanannya berlangsung terus-menerus, stress yang dapat diprediksi lebih menjadi tekanan daripada stress yang tidak dapat diprediksi.

          Disisi lain penelitian berfokus pada kontrol seseorang terhadap stress. Pada satu penelitian, dua kelompok partisipan berpartisipasi dalam tugas kognitif yang sulit, dimana pada setiap kesalahan mereka dihukum dengan kejutan listrik. Kelompok pertama dapat mengontrol situasi stress tersebut dengan beristirahat kapan pun mereka mau. Sementara, kelompok kedua dapat beristirahat hanya ketika dikatakan demikian. Jumlah dari meningkatnya tekanan darah sangat signifikan terlihat pada kelompok yang tidak dapat mengontrol stress.

          Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi kita untuk mencari cara dalam mengontrol stressor. Sebagai contoh, bekerja pada atasan yang sering melotot kepada Anda tanpa dapat diprediksi dan dikontrol mungkin harus ditangani dengan cara mendiskusikan masalahnya dengan atasan Anda, dengan meminta bantuan dari atasannya atasan Anda, atau mencari pekerjaan baru.

    4.  Social Support

Pada umumnya, orang yang memiliki social support atau dorongan sosial yang baik dari rekan kerja, teman-teman, dan keluarga memiliki tingkat stress yang rendah. Belum terlalu jelas bagaimana social support berfungsi sebagai penyangga kita melawan stress, tetapi ada dua aspek dari social support.

    a.  Someone To Talk To

Salah satu aspek  dari social support yang telah dipelajari dan diuji adalah adanya kesempatan untuk mengeluarkan isi hati atau yang dikenal dengan “curhat”. Mahasiswa diajak berpartisipasi untuk menghabiskan waktu selama 15 menit dalam empat malam berturut-turut menulis pengalaman tentang peristiwa traumatik yang mereka rasakan. Untuk tujuan perbandingan, kelompok lain menulis tentang topik yang tidak penting dalam pengalaman mereka. Menulis tentang kejadian yang traumatik, seperti kematian dari anggota keluarga, dapat menyebabkan mahasiswa merasa sedih dan tekanan darah meningkat secara singkat segera setelah melampiaskan perasaannya. Bagaimanapun, setelah 6 bulan, mahasiswa yang mengeluarkan isi hatinya memiliki rasa sakit yang berkurang. Tampaknya, baik bagi kesehatanmu untuk berbagi perasaan yang negatif kepada orang lain. Oleh sebab itu, memiliki seseorang yang dirasa nyaman menjadi salah satu keuntungan yang penting dari social support.

    b.  Receiving Advice And Solace

Menerima saran eksplisit dan dorongan dari orang lain terkadang membuat kita merasa tidak mampu dalam menangani tekanan dan biasanya membuat kita merasa gelisah dan depresi. Hanya berdiri di dekat kita, menjadi pendengar yang baik, atau bertanya bagaimana kabar kita lebih mendukung daripada menawarkan saran atau kritikan.

Person Variables in Reactions to Stress: Cognition and Personality

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi stress. Reaksi terhadap stres bervariasi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, dan dari waktu ke waktu pada orang yang sama. Setiap situasi, peristiwa ataupun objek yang memaksa tubuh dan menyebabkan timbulnya ”physiological reaction” disebut dengan stressor. Stressor dapat berupa stimulus yang berasal dari lingkungan fisik dan situasi social.

Cognitive Factors in Stress Reactions. Dua jenis faktor kognitif yang mempengaruhi sejauh mana reaksi orang terhadap stress:

1.Intelligence and stress. Orang dengan tingkat intelijensi yang tinggi memiliki kemungkinan kecil untuk merasakan stress dan kecil kemungkinannya untuk bereaksi dengan hebat kepada stressor jika mereka mengalaminya.

2. Appraisals of stress. Alasan lain bahwa orang yang berbeda bereaksi berbeda terhadap stressor yang sama adalah orang-orang berpikir berbeda terhadap peristiwanya. Sebagian orang suka mendengar orang yang dianggap lebih baik mengemukakan pendapatnya sebagai saran dan kombinasi dari pujian yang disampaikannya. Tetapi sebagian orang lagi akan mengartikan hal ini sebagai sebuah kritikan yang disampaikan kepadanya.

Personality Characteristics and Stress Reaction

Perbedaan antara individu satu dengan yang lain terletak pada ciri-ciri kepribadiannya untuk pengaruh dalam stress.  Seseorang yang kepribadiannya cenderung neurotik memiliki reaksi stress yang tinggi. Stress (variabel situasi) mempengaruhi orang dengan kognitif yang berbeda dan karakteristik emosional sebelum stressor (variabel orang) dengan cara yang berbeda.

          Karakteristik kepribadian dalam mempengaruhi konsekuensi kesehatan dari stress terbagi menjadi Kepribadian tipe A. Sebagian orang bereaksi biasa terhadap tekanan dan persaingan dunia. Untuk sebagian orang, bermain video game merupakan pengalih perhatian yang menyenangkan, sedangkan bagi orang lain itu merupakan masalah hidup dan mati. Beberapa subjek bereaksi terhadap game dengan denyut jantung, tekanan darah, dan kolesterol yang meningkat. Meyer Friedman dan Ray Rosenman (1974), berdasarkan medical test nya, melihat banyak dari pasiennya yang menderita penyakit jantung, khususnya pria muda yang berumur 30 sampai 60 tahun, dan memiliki perilaku yang sama. Berikut adalah karakteristik Type A personality: 

1.      Kompetitif, pekerja keras, dan ambisius dalam pekerjaan, olahraga, dan games.
2.   Bekerja tergesa-gesa, selalu sibuk, merasa keadaan mendesak, dan sering melakukan dua pekerjaan sekaligus
3.     Gila kerja, mengambil sedikit waktu untuk relaksasi atau liburan
4.     Berbicara keras atau lantang
5.     Perfeksionistis dan menuntut
6.     Tidak bersahabat, agresif, dan sering marah terhadap orang lain.

Type A behavior memiliki hubungan dengan penyakit jantung  berdasarkan dua faktor yang paling mempengaruhi, yaitu tekanan darah tinggi dan kolesterol. Untungnya, ada bukti bahwa kebencian dapat dikurangi melalui beberapa tipe dari psikoterapi.

Person Variables in Reactions to Stress: Gender and Ethnicity

Ada fakta yang muncul bahwa perbedaan gender dan etnik termasuk dalam stress dan coping. Ketika mempelajari perbedaan antara gender atau kelompok etnik, bagaimanapun juga kita harus ingat bahwa tidak semua anggota dalam kelompok berlaku sama.

Gender Differences in Response to Stress

Perempuan lebih mungkin mengalami reaksi traumatik yang mendalam daripada pria. Oleh karena itu, mereka lebih mengalami kecemasan, depresi, dan gangguan tidur setelah trauma. Sebagai contoh, sebuah penelitian terhadap perempuan dan pria yang selamat dari kecelakaan mobil menemukan bahwa keduanya terpengaruh oleh trauma setelah kejadian, tetapi perempuan lebih tertekan secara emosional dan mengalami masalah tidur dibandingkan pria. Sekali lagi, bagaimanapun juga, kita membahas tentang perbedaan secara rata-rata.

Gender Differences in the Benefits of Marriage

Menikah dan hubungan lainnya adalah sumber penting dari social support untuk kedua belah pihak. Bagi pria dan perempuan, orang yang menikah jauh lebih sehat dibandingkan dengan orang yang tidak menjalin hubungan. Perempuan yang tidak menikah memiliki 50% tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan perempuan yang sudah menikah, tetapi pria yang belum menikah memiliki 250% tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang telah menikah. Janice Kiecolt-Glaser dan Tamara Newton (2001) memberikan dua alasan. Pertama, perempuan cenderung memiliki lebih banyak social support dari teman dekat daripada pria, jadi perempuan tetap memiliki social support baik dia menikah ataupun tidak. Pria cenderung mengandalkan isteri mereka dalam social support untuk menyangga mereka dari efek stress. Kedua, perempuan lebih memungkinkan untuk mengajak pasangannya untuk merawat dirinya secara medis dibandingkan pria.

Fight-or-Flight and Tend-and-Befriend

Psikolog Shelley Taylor dan rekan-rekannya setuju bahwa fight-or-flight syndrome penting baik bagi pria maupun perempuan. Taylor yakin bahwa perempuan lebih mungkin menanggapi stress dengan apa yang biasanya disebut dengan respon tend-and-befriend. Ketika mereka menghadapi tekanan atau stress, seperti kebakaran atau bencana alam, perempuan biasanya menanggapi dengan menjaga anak mereka. Mereka secepatnya menjumpai anak mereka dan berinteraksi dengan mereka seperti memegang tangan dan menyentuhnya untuk mengurangi respon psikologis anak terhadap stressor. Pada kasus pekerja pria dan perempuan, perempuan yang memiliki stress di kantor pada siang hari cenderung masih dapat mengasuh anak pada malam hari. Ibu menarik diri dari anak setelah bekerja, hanya jika mereka mengalami stress yang luarbiasa di kantor pada hari itu. Para ayah cenderung lebih cepat marah atau menarik diri dari anggota keluarga jika mereka mengalami hari yang sedikit tertekan di kantor. Begitulah menurut Taylor, kita tidak dapat mengerti sepenuhnya reaksi emosional terhadap stress dan hubungan reaksi psikologis terhadap ancaman.

Ethnic Differences in Stress

Ada bukti yang menunjukkan bahwa anggota dari etnik ras minoritas dalam pengalaman sosial lebih merasa stress dibandingkan dengan anggota budaya yang mayoritas. Ada beberapa alasan yang mengatakannya demikian. Pertama, kelompok etnik ras yang minoritas cenderung memiliki keuntungan yang lebih sedikit (pendidikan yang layak, pemasukan, asuransi kesehatan yang baik, dan lain-lain) dalam melindunginya dari stress. Kedua, kelompok minoritas sering mengalami stress dalam berinteraksi dengan kelompok mayoritas yang berdasarkan kepada stereotip, prasangka, dan rasisme. Ketiga, keluarga imigran sering mengalami stress melihat dari begitu cepatnya akulturasi budaya terhadap anak-anak mereka. Orangtua terkadang stress dengan perubahan sikap dari anak mereka, dan anak-anak terkadang stress oleh tekanan dari orangtua yang mempertahankan bahasa dan standar budaya mereka. Kalimat yang baru dan penting dari penelitian ini bagi psikolog akan membawa banyak pengertian kedepannya, tetapi ini topik dimana banyak anggota dari kelompok etnik minoritas yang sudah mengerti dengan baik.

D.   Coping With Stress (Mengatasi Stress)

Coping adalah usaha yang dilakukan oleh individu untuk berdamai atau mengatasi  stress  atau penyebab stress dan/atau mengontrol reaksi mereka terhadap stress atau penyebabnya.

Ada 2 jenis voping, yaitu efektif coping atau ineffective coping.

Effective Coping

Ada bebarapa jenis coping yang dianggap efektif, yaitu:

    1.  Menghilangkan Atau Mengurangi Stress

Salah satu cara yang efektif untuk menangani stress adalah dengan cara menghapus atau menguranginya dari kehidupan kita. Contohnya apabila seorang pekerja stress akan pekerjaannya, maka cara yang dapat dia lakukan untuk menangani masalahnya adalah dengan mengurangi pekerjaannya atau bahkan mengajukan resign.

    2.  Cognitive Coping

Kognisi (cara berfikir dan berpersepsi) seseorang mempengaruhi reaksinya terhadap stress. Ada 3 strategi coping cognitive yang efektif, yaitu dengan mengubah cara kita berfikir terhadap stress, mengalihkan perhatian kita dari masalah yang tidak dapat diubah/selesaikan, dan dengan menyelesaikannya dengan cara religious.

Reappraisal adalah salah satu metode menyelesaikan stress dengan cara mengubah cara kita berfikir atau mengartikan suatu masalah.

Contohnya seorang mahasiswa yang mendapat IP 4 pada semester 1, namun kemudian mendapat IP 2,8 pada semester 2. Ia beranggapan bahwa ia sebenarnya adalah seorang anak yang bodoh dan IP nya di semester 1 hanyalah sebuah keberuntungan. Lalu ia menceritakan hal ini kepada dosen PAnya. Dosen PAnya mengatakan bahwa ia sebenarnya memang seorang anak yang pandai, hanya IPnya turun karena usaha yang ia berikan pada semester 2 kurang. Sehingga pada semester-semester berikutnya ia harus lebih rajin lagi. Kegagalan harusnya menjadi sebuah motivasi. Setelah mendengar hal itu, mahasiswa tersebut mulai membentuk konsep dalam dirinya bahwa ia memanglah seorang anak yang pintar dan IPnya akan naik lagi apabila ia meningkatkan semangat dan usahanya untuk belajar. 

Terkadang pada kasus tertentu, seperti stress yang diakibatkan oleh kehilangan akibat adanya kematian, kita tidak dapat menggunakan metode mengubah cara berfikir kita terhadap penyebab stress karena itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu kita menggunakan cara kedua yaitu mengalihkan perhatian kita kepada hal lain ataupun dengan cara yang religious yaitu menyerahkan semua ke tangan Tuhan.

    3.  Mengatur Reaksi Stress

Ada penyebab stress yang memang tidak dapat dihindari atau dihilangkan. Oleh karena itu cara mengatasi lainnya yang juga efektif adalah dengan mengatur psikologis dan reaksi psikologis  kita terhadap stress atau penyebab stress tersebut. Contohnya seseorang yang baru membuka took baju. Pada tahun pertama, akan terjadi banyak sekali hal yang membuatnya stress. Misalkan seperti ramainya pembeli yang mengunjungi tokony. Ia tidak mungkin menghapus penyebab stress(toko baju), oleh karena itu cara yang harus digunakan adalah dengan mengatur reaksi psikologisnya terhadap masalah tersebut. Misalkan dengan pergi ke pijat refleksi untuk merelaksasikan diri atau dengan pergi jalan-jalan dengan sahabat.

Ineffective Coping

Terkadang dalam menangani stress, orang melakukan beberapa usaha yang sebenarnya hanya merupakan proses ‘melarikan diri’ dari masalah. Usaha ini bersifat memberi kenyamanan sementara, yang akhirnya malah dapat memperburuk keadaan. Inilah beberapa coping stress yang tidak efektif :

    1.  Withdrawal

Terkadang kita mengatasi masalah dengan cara menari diri dari masalah tersebut. Inilah salah satu cara mengatasi masalah yang tidak efektif. Karena setelah kita melakukan proses penarikan diri tersebut, kita akan tetap kembali bertemu dengan masalah atau bahkan sumber masalahnya. Contohnya seorang mahasiswa baru stambuk 2013 yang merasa kesusahan dengan pembelajaran di perkuliahan. Kenyataan bahwa ia harus belajar setiap kali sebelum ia memasuki kelas PUM membuatnya stress. Oleh karena itu ia melakukan suatu cara yang dianggap dapat mengatasi stress yang ia hadapi semalam sebelum kelas PUM dengan cara buka facebook semalaman dan tidak menyentuh buku lahey sama sekali.

Withdrawal di dalam ineffective coping agaknya hampir sama dengan managing stress reaction pada effective coping. Namun ini jelas berbeda. Letak perbedaannya terletak pada bagaimana dan mengapa seseorang melakukan hal tersebut. Contohnya jika mahasiswa tersebut membuka facebook hanya pada waktu-waktu tertentu dan tujuannnya adalah untuk refreshing dan menghilangkan kepenatan akibat terlalu banyak belajar PUM, maka hal tersebut adalah salah satu cara yang efektif untuk mengatasi stress(managing stress reaction). Namun apabila ia melakukannnya setiap malam karena ingin mengindari belajar yang dapat membuatnya stress maka ini merupakan cara yang tidak efektif(withdrawal).

Withdrawal juga berbeda dengan removing or reducing stress pada effective coping. Menghilangkan sumber stress tentunya berbeda dengan menarik diri dari hal tersebut. Contohnya seorang anak yang menganggap kelas statistika non parametric terlalu sulit karena ia hanya mendapat nilai C pada kelas statistika melakukan pkrs dan tidak mengambil kelas statistika non parametric pada semester 2 untuk kemudian diambil pada semester 3 setelah ia menganggap dirinya sudah lebih siap berbeda dengan mahasiswa yang mengambil kelas statistika non parametric namun sangat jarang hadir karena masuk ke dalam kelas statistika non parametric membuatnya stress. Sehingga setiap pagi ia sengaja bangun telat agar tidak mengikuti kelas tersebut.

    2.  Aggression (Penyerangan)

Sering kali saat seseorang merasa stress akan sesuatu, hal yang paling sering dilakukan adalah melakukan penyerangan akan sumber stress. Contohnya saat orang melakukan demo dan mereka merasa suara mereka dalam berdemo tidak mendapat perhatian, maka cenderung mereka akan melakukan penyerangan. Atau seorang wanita yang ditolak cintanya oleh pria akan cenderung memusuhi pria tersebut setelah proses penolakan terjadi.

    3.  Self-Medication

Dalam menyelesaikan masalahnya, ada juga orang yang menggunakan metode yang sama sekali tidak membantu atau bahkan memperburuk keadaan yaitu dengan mengkonsumsi obat terlarang atau alcohol. Cara itu memang memberikan kesenangan, tapi dalam waktu yang sementara, namun ini merupakan cara yang tidak efektif untuk mengatasi stress karena sama sekali tidak menghilangkan sumber masalah bahkan dapat memperburuk. Merusak hubungan, kesehatan, pikiran, dll.

Namun ada juga orang yang menggunakan self-medication dengan baik, misalnya pergi ke professional untuk melakukan meditasi yang dapat mengurangi kegelisahan akibat stress.

    4.  Defense Mechanisms (Mekanisme Pertahanan)

Menurut Freud, salah satu fungsi ego adalah sebagai pertahanan seseorang terhadap suatu perasaan yang tidak menyenangkan. Ego turut mengambil bagian dalam defence mechanisms yang digunakan secara tidak sadar dalam mengatasi suatu kondisi. Defense mechanisms hampir sama dengan cognitive coping apabila digunakan dengan baik, namun apabila sering digunakan maka akan menimbulkan masalah. Beberapa defense mechanism menurut Freud:

a.  Displacement

Disaat seseorang tidak dapat melampiaskan atau menunjukkan perasaannya kepada pihak yang menyebabkannya stress, maka ia akan menempuh jalan lain yang lebih aman. Contoh seorang pegawai yang marah kepada bosnya tapi ia tidak mungkin memarahi bosnya, oleh karena itu ia melampiaskan kemarahannya dengan berceloteh kepada temannya.

b.  Sublimation

Melampiaskan rasa stress dengan melakukan kegiatan social seperti olahraga.

c.   Projection

Projection adalah salah satu pembelaan diri dimana kita memiliki perasaan yang tidak baik, namun kita mengatakan bahwa itu adalah perasaan orang lain. Contoh A membenci B namun A mengatakan bahwa B lah yang membencinya.

d.  Reaction Formation

Konflik atau perasaan yang ada di dalam diri seseorang secara tidak sadar diubah kedalam bentuk yang berlawanan. Contohnya seorang gadis yang sangat membenci ibu tirinya dan menginginkan ibu tirinya agar cepat meninggal malah akan bertindak berlawanan, yaitu menjaga kesehatan ibu tirinya.

e.  Regression

Untuk mengurangi stress, seseorang cendenrung kembali ke perilakunya seperti pada saat sebelum stress itu muncul.

f.   Rationalization

Stress dapat diturunkan dengan cara mencari penjelasan yang masuk akal tentang penyebab stress. Contohnya seorang pria yang diselingkuhi pacarnya berkata kepada dirinya sendiri bahwa wanita itu memang bukan yang terbaik baginya dan ia pantas untuk mendapatkan yang lebih baik.

g.  Repression

Stressor(penyebab stress) ditekan masuk kedalam alam bawah sadar (unconsciousness).

h.  Denial

Mekanisme pertahanan lainnya yang sering dilakukan adalah dengan penyangkalan. Contohnya seorang pecandu rokok yang  diberitahu tentang bahaya merokok dan efek yang akan ia rasakan setelah merokok akan dengan lantang mengatakan bahwa ia tidak merasakan efek itu sama sekali. Atau jika terjadi selisih pendapat di dalam rapat dan seorang yang kalah suara akan berteriak dan mengatakan ‘saya tidak marah’ padahal jelas suaranya menyatakan bahwa ia marah.

i.   Intellectualization

Perasaan stress dapat dikurangi dengan cara memikirkannya dengan cara yang ‘cuek’ (cold). Contohnya seorang yang ditipu setelah berinvestasi akan lebih memilih menganggap ini sebagai bagian menuju kesuksesan daripada sebagai suatu kesalahan dalam berbisnis yang harus dibenahi agar kedepannya lebih hati-hati.

Namun bila digunakan dalam ukuran yang terlalu banyak, maka mekanisme pertahanan ini malah akan menghalangi pencarian solusi untuk stress yang sedang di hadapi. Contohnya seorang mahasiswa yang mendapat nilai C di pelajaran filsafat menggunakan mekanisme pertahanan rasionalisasi dimana ia mencari alasan yang masuk akal seperti dosen pengampuh member nilai secara tidak adil. Ia sudah aktif di kelas, oleh karena itu ia layak untuk mendapat nilai A. Dan bukan melihat perubahan gaya belajar dan penambahan semangat merupakan cara yang harusnya di ubah agar kedepannya ia mendapat nilai yang lebih baik lagi. Dia berusaha melawan kenyataan dengan menggunakan mekanisme pertahanan rasionalisasi. Mekanisme pertahanan lainnya juga dapat memperburuk keadaan apabila digunakan dalam porsi yang tidak seharusnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Putri Utami Oktiawandhani © 2008. Design By: SkinCorner