Banyak upaya-upaya peningkatan kemampuan konsultan
melalui berbagai pelatihan. Pada umumnya mereka adalah “orang dewasa” yang
telah mempunyai berbagai pengalaman baik dalam bidang pekerjaannya maupun
pengalaman lain dan mempunyai latar belakang yang beragam. Tentu saja
untuk menghadapi peserta pelatihan yang pada umumnya adalah “orang dewasa”
dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan “pendidikan dan
pelatihan” ala bangku sekolah, atau pendidikan tradisional.
1.
Pengertian Andragogi dan Pedagogi
Andragogi
berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni ‘Andra’ berarti orang dewasa
dan ‘Agogos’ berarti memimpin. Andragogi
adalah suatu
seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar.
Pedagogi berasal dari kata “paid” yang artinya anak
dan “agogos” yang artinya membimbing atau memimpin. Pedagogi adalah seni atau
pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah
pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung
makna yang bertentangan.
2.
Perbedaan Andragogi dan Pedagogi
Malcolms S. Knowles membedakan antara pedagogi dan
andragogi seperti dalam tabel berikut :
ANDRAGOGI
|
PEDAGOGI
|
Pembelajar disebut “siswa” atau
“anak didik.”
|
Pembelajar disebut “siswa” atau
“anak didik.”
|
Gaya belajar independen
|
Gaya belajar dependen.
|
Tujuan Fleksibel
|
Tujuan ditentukan sebelumnya.
|
Diasumsikan bahwa peserta didik
memiliki pengalaman untuk berkontribusi
|
Diasumsikan bahwa siswa tidak
berpengalaman dan/atau kurang informasi.
|
Menggunakan metode pelatihan aktif
|
Metode pelatihan pasif, seperti
metode kuliah/ceramah.
|
Pembelajaran mempengaruhi waktu
dan kecepatan
|
Guru mengontrol waktu dan
kecepatan.
|
Keterlibatan atau kontribusi
peserta sangat penting
|
Peserta berkontribusi sedikit
pengalaman
|
Belajar dan berpusat pada masalah
kehidupan nyata
|
Belajar berpusat pada isi atau
pengetahuan teoritis.
|
Peserta dianggap sebagai sumber
daya utama untuk ide-ide dan contoh
|
Guru sebagai sumber utama yang
memberikan ide-ide dan contoh.
|
3.
Pengalaman Berdasarkan Andragogi dan Pedagogi
Andragogi
Di dalam
andragogi ini saya itu kerap diajarkan agar bisa lebih mandiri. Sayalah yang
mengarahkan diri saya untuk belajar apa dan bagaimana. Jadi, saya yang
bertanggung jawab atas belajar itu sendiri bukan guru ataupun dosen saya, dan
di dalam andragogi ini guru atau dosen itu hanya bertindak sebagai fasilitator.
Sebagai contoh, ketika pada proses perkuliahan materi pembelajaran untuk hari
itu ternyata tidak terdapat di buku yang saya miliki, maka ketika malam hari
sebelum perkuliahan diadakan saya sudah mencari bahan yang akan dipelajari
untuk besok melalui internet, kemudian saya membaca bahan itu agar esoknya saya
tidak menjadi kebingungan ketika dosen menjelaskan materi kuliahnya.
Pengalaman
menjadi sumber utama untuk mengidentifikasikan penguasaan diri saya akan
sesuatu hal. Maka ketika dosen saya bertanya mengenai meteri pembelajaran hari
itu saya sedikit sudah mengerti, selain itu satu sama lain saling berperan
sebagai sumber belajar dan saya mendapatkan informasi tambahan dari teman-teman
saya mengenai apa yang mereka ketahui dari materi ketika itu.
Dalam
andragogi ini juga, motivasi lebih bersifat internal, datang dari diri saya sendiri
sebagai wujud dari aktualisasi diri, penghargaan diri. Jadi di dalam
proses pembelajaran ini saya dituntut untuk menjadi lebih aktif.
Pedagogi
Di dalam
pedagogi, ketika itu saya merasa sangat tergantung kepada guru saya. Guru
mengasumsikan dirinya bahwa ia yang bertanggung jawab penuh terhadap apa yang
akan dia ajarkan dan bagaimana dia akan mengajarkannya kepada saya. Guru sayalah
yang mengevaluasi hasil pembelajaran yang saya lakukan selama saya mengikuti
pembelajaran. Dan ketika itu juga metode pembelajaran yang digunakan hanya
mengarah kepada metode ceramah, semua materi yang dipelajari, guru sayalah yang
memberikannya kepada saya, dan saya hanya sebagai penerima semua ilmu yang dia
sampaikan tanpa ikut berperan aktif di dalam mendapatkan ilmu itu, saya hanya
dituntut untuk memahami semua hal yang beliau sampaikan agar nantinya ketika
evaluasi saya bisa mendapatkan nilai yang bagus.
Dan di dalam pedagogi ini, motivasi
yang ada atau yang datang secara eksternal, artinya itu saya hanya disuruh, diwajibkan
atau dituntut untuk mengikuti suatu pembelajaran berdasarkan apa yang
diperintahkan oleh guru saya.
Sekian . . .
0 komentar:
Posting Komentar