Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai
perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok kultural yang
berbeda-beda. Para pendukungnya percaya bahwa anak-anak kulit berwarna harus
diberdayakan dan pendidikan multikultural akan bermanfaat bagi semua murid. Pendidikan
multikultural ini sendiri memiliki tujuan antara lain, yaitu :
a.
Pemerataan kesempatan bagi
semua murid.
b. Mempersempit gap prestasi
akademi antara murid kelompok utama atau mayoritas dan kelompok minoritas.
Pendidikan multikultural ini telah ada sejak tahun 1960-an di
Amerika : Gerakan hak-hak sipil dan gerakan untuk pemerataan kesetaraan dan
keadilan sosial dalam masyarakat untuk wanita serta orang kulit berwarna.
Cakupan pendidikan multikultural, yaitu :
a. Status Sosioekonomi
Status sosioekonomi (socioeconomic status – SES) adalah kelompok
orang berdasarkan karakteristik ekonomi, individual, dan pekerjaannya.
b. Etnis
Etnisitas (etnicity) adalah pola umum karakteristik seperti
warisan kultural, nasionalitas, ras, agama, dan bahasa.
c. Gender
Gender adalah dimensi sosiokultural dan psikologis dari pria dan
wanita.
Komponen utama keadilan sosial, yaitu :
1. Reduksi Prasangka
Reduksi prasangka adalah aktivitas yang dapat diimplementasikan
guru di kelas untuk mengeliminasi pandangan negatif dan stereotip terhadap
orang lain.
2. Paedagogi Ekuitas
Paedagogi ekuitas adalah modifikasi proses pengajaran dan
memasukan materi dan strategi pembelajaran yang tepat baik untuk anak laki-laki
maupun perempuan dan untuk semua kelompok etnis.
Memberdayakan Murid
Istilah pemberdayaan (empowerment) adalah memberi orang kemampuan intelektual dan
keterampilan memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih
adil.
Harapan yang ingin dicapai melalui pendidikan multikultural ini,
yaitu :
1. Meningkatkan harga diri
minoritas, mengurangi prasangka, dan memberi kesempatan pendidikan yang setara.
2.
Membantu mayoritas untuk
menjadi lebih toleran kepada kalompok minoritas.
3.
Membangun berbagai
perspektif dalam kurikulumnya.
Bentuk-bentuk dari pendidikan multikultural ini, antara lain :
a. Kelas Jigsaw
Kelas jigsaw adalah kelas di mana murid dari latar belakang
kultural yang berbeda diminta bekerja sama untuk mengerjakan beberapa bagian
yang berbeda dari suatu tugas untuk meraih tujuan yang sama.
b. Tim Olahraga
Latihan dan aktivitas yang membantu murid melihat perspektif
orang lain dapat meningkatkan relasi antar – etnis.
c. Produksi Drama
Dengan adanya produksi drama anak dapat lebih mengetahui
berbagai macam etnis melalui pertunjukan drama yang lebih mengarah kepada
kebudayaan.
d. Pentas Musik
Pentas musik juga sangat membantu para murid untuk menambah
pengetahuan mereka mengenai multikulturalisme terutama lewat lagu-lagu daerah
yang di tampilkan.
Mengurangi Bias
Louise Derman – Sparks dan Anti –Bias Curriculum Task Force
(1989) menciptakan sejumlah alat untuk membantu anak mengurangi, mengelola,
atau bahkan mengeliminasi bias. Pendukung kurikulum antibias ini berargumen
bahwa kendati perbedaan itu baik, namun diskriminasi bukan suatu yang baik. Kurikulum
ini lebih mendorong guru untuk menghadapi isu bias yang mengganggu ketimbang
menutup-nutupi bias itu.
Berikut ini beberapa strategi antibias yang direkomendasikan
untuk guru, yaitu :
1.
Ciptakan lingkungan kelas
antibias dengan memasang gambar dari berbagai latar belakang etnis dan
kultural.
2. Memilih materi drama, seni,
aktivitas kelas yang memperkaya pemahaman etnis dan kultural.
3.
Gunakan boneka “persona”
untuk anak kecil.
4.
Bantu murid menolak strereotip
dan diskriminasi.
5. Ikutlah dalam aktivitas
peningkatan kesadaran untuk memahami pandangan kultural anda sendiri secara
lebih baik dan untuk menangani stereotip atau bias yang mungkin anda miliki.
6.
Bangun dialog antara guru
dan orang tua yang membuka diskusi tentang masing-masing pandangan.
0 komentar:
Posting Komentar