Jumat, 27 Juni 2014

SEXUALITY



A.   Tingkah Laku Seksual Menyimpang

Tingkah laku seksual menyimpang adalah aktifitas seks atau pemenuhan kebutuhan seks yang dilakukan dengan tidak wajar. Hal ini dapat menjadi perilaku yang tidak normal apabila merugikan pelaku ataupun orang lain. Beberapa jenis tingkah laku seksual menyimpang:

1.   Transvestism

Transvestism adalah jenis gangguan seksual dimana orang yang mengalami transvestism seksual ini akan mendapat rangsangan seksual saat menggunakan pakaian lawan jenisnya. Berbeda dengan homoseksual yang menggunakan pakaian lawan jenis sebagai identitasnya, orang yang menderita transvestism jika lelaki akan menggunakan pakaian wanita hanya untuk mendapat rangsangan seksual.

2.   Fetishism

Tingkah laku seksual berikutnya adalah fetishism. Penderita fetishism yang biasanya adalah lelaki akan mengambil atau mencuri barang orang lain, dapat berupa celana dalam, bra, atau sepatu, ditentukan oleh bagian tubuh mana yang menurut fetishist (penderita fetishism) merangsangnya. Penderita fetishism hanya akan mengambil benda spesifik saja.

3.   Sexual Sadism dan Masochism

Sexual sadism adalah praktek untuk mendapat kesenangan atau kepuasan seksual dengan cara  menyakiti pasangannya. Sedangkan masochism merupakan kebalikan dari sexual sadism dimana seseorang akan mendapat kepuasan seksual saat menerima atau merasakan sakit yang didapat dari pasangannya. S&M (sexual sadism and macoshism) masih termasuk normal apabila tidak menimbulkan kerugian bagi salah satu dari pasangan dan dilakukan dengan sukarela. Namun S&M menjadi tidak normal apabila menimbulkan kerugian (seperti luka sayatan, bakaran, dan tendangan) dan salah satu dari pasangan tidak rela untuk memberi atau menerima rasa sakit akibat kekerasan itu.

4.   Voyeurism dan Exhibitionism

Voyeurism merupakan praktek untuk memenuhi kesenangan seksual dengan cara melihat lawan jenis telanjang, sedang mandi, atau melakukan hubungan seksual. Sedangkan exhibitionism adalah perilaku seksual menyimpang dimana penderita akan terpenuhi hasrat seksualnya dengan cara menujukkan alat kelaminnya pada orang lain. Orang-orang yang kaget atau merasa malu saat melihatnya akan membuat penderita exhibitionism semakin terpuaskan.

5.   Forced Sexual Behavior

Forced sexual behavior adalah perilaku seksual yang memaksa orang lain atau objek seksualnya untuk melakukan hubungan seksual. Termasuk didalamnya pemerkosaan, pelecehan seksual pada anak, dan sexual harassment. Pemerkosaan adalah pemaksaan untuk melakukan hubungan seksual pada orang yang tidak ingin melakukan hubungan seksual.
 
Pelecehan seksual pada anak termasuk didalamnya child molestation, dimana penderitanya melakukan hubungan seks tanpa melakukan paksaan atau kekerasan. Biasanya korban adalah orang dekat penderita dan masih memiliki hubungan keluarga. Dalam kasus ini, hubungan seks antara orang yang masih memiliki hubungan keluarga disebut incest. 

Selain child molestation gangguan lain adalah pedophilia. Penderita pedophilia memiliki ketertarikan seksual pada anak-anak yang belum mengalami pubertas. Disini, penderita pedophilia dapat melakukan paksaan dan kekerasan agar si anak mau melakukan hubungan seksual dengannya.

Sexual harassment (pelecehan seksual) merupakan suatu keadaan yang tidak dapt diterima baik itu perkataan, isyarat seksual atau tindakan seksual yang tidak diinginkan oleh orang lain atau penerimanya. Biasanya, pelecehan seksual terjadi dilingkungan kerja, dilakukan atasan pada bawahannya, ditempat umum seperti sarana transportasi dan kebanyakan kasus ini terjadi pada perempuan yang membuat perempuan tidak nyaman.

6.   Disfungsi Seksual Dan Kesehatan Seksual

       a.   Gangguan Hasrat Seksual

Dua gangguan merefleksikan maalah-masalah yang terkait dengan nafsu dari siklus respon seksual. Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hormone-testosteron, kesehatan tubuh, faktor psikis dan pengalaman seksual sebelumnya. Jika di antara faktor tersebut ada yang menghambat atau faktor tersebut terganggu, maka akan terjadi ganggaun dorongan seksual (GDS) (Pangkahila, 2007), berupa:

     ·         Gangguan Nafsu Seksual Hipoaktif

The Diagnostic and Statistical Manual-IV memberi definisi dorongan seksual hipoaktif ialah berkurangnya atau hilangnya fantasi seksual dan dorongan secara persisten atau berulang yang menyebabkan gangguan yang nyata atau kesulitan interpersonal.

     ·         Gangguan Aversi Seksual

Perasaan tidak suka yang konsisten dan ekstrim terhadap kontak seksual atau kegiatan serupa itu. Di duga lebih dari 15%  pria dewasa mengalami dorongan seksual hipoaktif. Pada usia 40-60 tahun, dorongan seksual hipoaktif merupakan keluhan terbanyak. Pada dasarnya GDS disebabkan oleh faktor fisik dan psikis, antara lain adalah kejemuan, perasaan bersalah, stres yang berkepanjangan, dan pengalaman seksual yang tidak menyenangkan (Pangkahila, 2006).

       b.   Gangguan Rangsangan Seksual

Pada perempuan terdapat gangguan rangsangan seksual (female sexual arousal disorder) yaitu ketidakmampuan sebagian perempuan untuk mencapai atau mempertahankan lubrikasi (respon pembesaran vagina) vagina dan respons keterangsangan seksual yang membuat vagina membesar sampai aktivitas seksual selesai dan keadaaan ini terjadi berulang kali. 

Yang termasuk dalam gangguan rangsangan seksual adalah vaginismus dan dyspareunia. Vaginismus adalah keadaan dimana dinding vagina terlalu sempit untuk dimasuki penis secara nyaman. Dyspareunia adalah gangguan seksual dimana perempuan mengalami rasa sakit saat sedang melakukan hubungan badan. Biasanya, vaginismus dan dyspareunia terjadi bersamaan dengan gangguan orgasme dan kecemasan yang berhubungan dengan sex.

Sedangkan pada pria terdapat gangguan rangsangan seksual pada laki-laki (male sexual arousal disorder) yaitu ketidakmampuan sebagian laki-laki untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis sampai aktivitas seksual selesai dan keadaan ini terjadi berulang kali.
 
Yang termasuk dalam gangguan rangsangan seksual pada pria adalah  disfungsi ereksi (Erectile Dysfunction) atau sering disebut dengan impoten, yang berarti ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan hubungan seksual dengan baik.

       c.    Gangguan Orgasme

Disfungsi orgasme adalah terhambatnya atau tidak tercapainya orgasme yang bersifat persisten atau berulang setelah memasuki fase rangsangan (excitement phase) selama melakukan aktivitas seksual. Hambatan orgasme dapat disebabkan oleh penyebab fisik yaitu penyakit SSP seperti multiple sklerosis, parkinson, dan lumbal sympathectomy. Penyebab psikis yaitu kecemasan, perasaan takut menghamili, dan kejemuan terhadap pasangan. Pria yang mengalami hambatan orgasme tetap dapat ereksi dan ejakulasi, tapi sensasi erotiknya tidak dirasakan.

Pada perempuan, gangguan orgasme ini disebut female orgasmic disorder, yaitu kondisi dimana seorang perempuan mengalami penundaan orgasme atau bahkan tidak mengalaminya sama sekali saat berhubungan. Sedangkan pada laki-laki mengalami gangguan yang disebut male orgasmic disorder, yaitu kondisi dimana seorang pria mengalami penundaan orgasme atau bahkan tidak mengalami orgasme sama sekali. 

Gangguan lainberupa premature ejaculation (ejakulasi dini). Ada beberapa pengertian mengenai ejakulsi dini (ED). ED merupakan ketidakmampuan mengontrol ejakulasi sampai pasangannnya mencapai orgasme, paling sedikit 50 persen dari kesempatan melakukan hubungan seksual. Berdasarkan waktu, ada yang mengatakan penis yang mengalami ED bila ejakulasi terjadi dalam waktu kurang dari 1-10 menit.

Untuk menentukan seorang pria mengalami ED harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: ejakulasi terjadi dalam waktu cepat, tidak dapat dikontrol, tidak dikehendaki oleh yang bersangkutan, serta mengganggu yang bersangkutan dan atau pasangannya (Pangkahila, 2007).

Ada beberapa teori penyebab ED, yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu penyebab psikis dan penyebab fisik. Penyebab fisik berkaitan dengan serotonin. Pria dengan 5-HT rendah mempunyai ejaculatory threshold yang rendah sehingga cepat mengalami ejakulasi. Penyebab psikis ialah kebiasaan ingin mencapai orgasme dan ejakulasi secara tergesa-gesa sehingga terjadinya ED (Pangkahila, 2006).

B.     Masalah-masalah Kesehatan yang Berhubungan dengan Anatomi Seksual

                 Masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan anatomi seksual ini mencakup Kanker anatomi seksual dan penyakit menular seksual, termasuk didalamnya AIDS. Terdapat komponen psikis dalam masalah kesehatan tersebut, yaitu tentang perilaku seseorang yang dapat menungkatkan atau menurunkan resiko terkena penyakit dan kesempatan melakukan deteksi dini.

1.   Kanker  Anatomi Seksual (Cancers of Sexual Anatomy)

Early Detection (deteksi dini) merupakan hal yang penting dilakukan baik oleh pria dan wanita untuk memonitoring masalah pada organ seksual. Penting bagi wanita untuk melakukan tes gynecology secara teratur untuk mengetahui kemungkinan adanya kanker cervix, uterus, dan ovarium. Deteksi dini kanker payudara juga tidak kalah penting. Sebaiknya dilakukan sebulan sekali diakhir masa menstruasi dan lebih baik lagi dilakukan oleh dokter setelah umur 20 tahun, wanita juga seharusnya bertanya kepada dokter kapan mereka dapat melakukan mammogram (X-ray berdosis rendah yang dapat mendeteksi kanker sebelum kanker itu dapat dideteksi melalui self-examination).

Pria berumur 40 tahun keatas sebaiknya melakukan pemeriksaan secara teratur dengan dokter untuk mengetahui ada atau tidaknya abnormalitas pada prostate yang dapat menunjukkan kanker prostate. Dalam kasus kanker testicular (testis), penting bagi pria untuk melakukan self-examination pada umur 16 sampai 35 tahun, sebaiknya dilakukan sebulan sekali setelah mandi. Kanker testis merupakan salah satu jenis kanker yang paling mematikan.

2.   Penyakit Menular Seksual (Sexually Transmitted Diseases)

Penyakit  yang disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme melalui kontak seksual disebut sebagai penyakit venerealtetapi dewasa ini dirujuk pada penyakit yang tertular secara seksual (STD).   Kejadian epidemik STD tidak terhitung jumlahnya  dengan orang yang biasa. Sebagian mudah ditangani  dan diobati bilka terdeteksi lebih dini, sementara yang lain tidak dapat ditangani dan bahkan sampai menyebabkan kematian. Bila tidak ditangani  maka semua STD dapat menimbulkan penyakit kronis dan kemandulan serta memiliki ancaman serius terhadap wanita hamil dan keturunannya.

a.   Syphilis

Syphilis disebabkan oleh bakteri bernentuk spiral, corkscrew, disebut aspirochete. Perkembangan syphilis melalui serangkaian tahapan dari infeksi. Tahap pertama dirujuk sebagai Syphilis  yang memiliki setidaknya dua minggu untuk sebulan setelah infeksi. Gejala awal dari infeksi syphilis umumnya meliputi berbagai tampilan yang tidak memperlihatkan rasa sakit ketika spiroshete masuk ke dalam tubuh, seringkali melalui bagian penis atau vagina. Ini disebut chancre dan pertama kali terlihat sebagai benjolan tetapi lama kelamaan akan terbuka dan terinfeksi. 

Chancre ini akan berlaku tetapi orang masih menderita syphilis yang masuk ke dalam tahapan kedua. Syphilis sekunder ditandai oleh ruam pada kulit dan berkembang di berbagai bsagian tubuh (termasuk telapak tangan dan telapak kaki) dan juga disertai oleh gejala umum seperti penyakit demam, sakit kepala, mual, pembengkakkan kelenjar, kerongkongan parau, kerontokan rambut dan hilangnya selera makan. 

Selama tahap primer dan sekunder, syphilis dapat dirawat dalam beberapa kasus dengan antibiotik. Bila tidak ditangani, syphilis ini berkembang ke dalam tahap tersier yang kemudian melibatkan sejumlah komplikasi kesehatan yang serius. Spsirochetedapat menyerang jaringan jantung, otak, syaraf punggung, sendi dan sejumlah sistem organ lain dan dapat menyebabkan kematian.

b.   Gonorrhea

Seperti syphilis, gonorrhea adalah infeksi bakteri. Infeksi gonorrhea ini adalah berbeda dari syphilis. Pada laki-laki, gejala awal gonorrhea adalah adanya cairan nanah dari penis dan rasa sakit seperti luka bakar serta gatal-gatal selama buang air kecil. Gejala ini biasanya terjadi dalam minggu pertama setelah infeksi. Pada wanita, gejala awal infeksi gonorrhea adalah  adanya cairan berwarna kuning kehijauan dari vagina. 

Wanita juga mengalami rasa gatal di vagina ketika terinfeksi gonorrhea, tetapi wanita yang terinfeksi tidak mendeteksi infeksi dini dalam persetubuhan. Pada  laki-laki dan wanita,gonorrhe yang tidak ditangani dapat menimbulkan sejumlah ancaman kesehatan yang serius termasuk infeksi pada kantong kemih, ginjal, jantung dan otak. Namun, ketika terdeteksi,gonorrhea ini biasanya mudah diobati dengan antibiotik. Dalam tahun-tahun terakhir,  strain gonorrhea dan syphilis sangat sulit untuk menangani antibiotik yang menjadi lebih umum khususnya di antara minoritas etnis dan juga  kemiskinan di kota besar.

c.    Chlamydia

Chlamydia disebabkan oleh organisme kecil yang menyerang tipe yang berbeda dari sel pada tubuh. Gejala chlamydiasulit didefinisikan. Seringkali, tidak ada tanda-tanda infeksi setelah periode waktu yang cukup lama. Laki-laki  dapat mengalami sensasi seperti luka bakar selama buang air kecil dan juga mengalami keluarnya cairan nanah dari penis. Chlamydia juga  bergerak ke dalam testis dan menyebabkan kemandulan. 

Pada wanita, gejala ini termasuk rasa seperti luka bakar dan gatal-gatal pada vagina dan sensasi rasa luka bakar ketika buang air kecil. Infeksi yang tidak ditangani pada wanita berkembang ke saluran fallopimenyebabkan kemandulan dan berkembang menjadi penyakit radang panggul, dan mengakibatkan demam atau penyakit serius. Bila terdeteksi,chalmydia ditangani dengan antibiotik dan biasanya dapat dirawat. Chlamydiadapat kambuh.

d.   Pubic Lice

STD ini disebut juga kurap atau kudis yang disebabkan oleh organisme parasit kecil yang  berada pada poppy seed; ini menggigit kulit dan memakan darah, menyebabkan kulit terasa gatal. Berbagai shampo medis dan aplikasi lain dapat menghilangkan public lice ketika digunakan secara langsung.

e.   Genital Herpes

Disebabkan oleh herpes simpleks virus,herpes genital dapat ditangani, tetapi tidak dapat diobati. Sama halnya denganherpes simpleks tipe 1, gejala herpes genital ini kecil, ada luka yang menyakitkan dan terlihat pada bagian genital. Luka ini adalah blister kecil yasng terbuka dan mengeluarkan cairan. Bila luka herpes ini menular dari satu tempat ke tempat lain yang kontak dengannya.  Juga perlu bagi orang yang terinfeksi untuk menghindari sentuhan luka herpes atau mencuci seluruhnya setelah itu. 

Terpapar virus herpes pada mata dapat menimbulkan bahaya  kerusakan pada kornea mata. Pada sebagian besar kasus,  luka ini kambuh setelah beberapa waktu karena virus lebih dorman di dalam tubuh. Meskipun herpes tidak dapat diobati,  namun dapat ditangani dengan obat antivirus yang memperlambat perkembangannya dan membantu mengalami terjadinya kondisi yang lebih parah lagi.

f.    Kutil Genital

Penyakit ini disebabkan oleh virus human papilloma, kutil genital tidak terlihat hingga beberapa bulan setelah infeksi. Kutil ini biasanya berukuran kecil, dengan bongkahan yang  keras, tetapi tentu akan memiliki variasi dalam warna, ukuran dan tekstur yang terlihat pada penis, vulva atau anal, atau di dalam urethra itu sendiri. 

Kutil genital ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak berbahaya, tetapi tentu akan dikaitkan dengan perkembangan kondisi yang cukup serius seperti kanker cervical. Pengobatan kutil genital ini adalah dengan pengangkatan melalui pembekuan, bedah lokal atau metode lain.

g.   AIDS

AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIVB) dan merupakan STD yang fatal. HIV dapat ditularkan melalui darah, air mani, asi, dan cairan vagina. Secara seksual HIV pertama kali ditularkan dari manusia ke manusia melalui vaginal atau hubungan anal dan oral seks. HIV akan merusak sel darah yang disebut sel T-Helper, yang bertanggung jawab untuk respon kekebalan tubuh terhadap zat infeksi. Jumlah sel T-helpernya  berkurang, mengakibatkan tubuh peka terhadap berbagai infeksi, berupa pneumonia atau kanker dan tidak dapat pulih dari keadaan itu. 

Setelah orang mengalami satu dari bebrapa penyakit infeksi spesifik atau ketika jumlah sel T-Helper spesifik telah habis, maka orang terdiagnosa dengan AIDS. Tidak mungkin untuk memberitahukan bila seseorang terinfeksi dengan HIV dengan melihatnya saja. Hanya test definitif untuk HIV berupa tes darah yang dapat memperlihatkannya.

Secara keseluruhan, laki-laki  lebih mudah terinfeksi HIV dibandingkan dengan perempuan. Cara ifneksi yang lebih umum berbeda antara laki-laki dan perempuan. Perempuan  dapat terinfeksi AIDS dengan seks heteroseksual (vaginal, oral dan anal) dengan laki-laki yang sudah terinfeksi atau dengan berbagi jarum suntik dengan orang yang terinfeksi ketika menginjeksi obat. Sebaliknya, laki-laki lebih sering terinfeksi HIV melalui seks (oral dan anal) dengan laki-laki lain atau dengan penggunaan jarum yang sama. Laki-laki dan wanita juga terinfeksi dari transfusi darah dan pencangkokkan jaringan, tetapi metode screening jauh lebih baik untuk mengurangi resiko.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Putri Utami Oktiawandhani © 2008. Design By: SkinCorner